Kategori

Asmaul Husna

Tukar Link

Copy paste link dibawah ini :
Sabtu, 24 Juli 2010

Tak Ijo Royo-Royo Tak Senggo Temanten Anyar

Kanjeng sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita, tentang kita, tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri, namun tidak kunjung sanggup kita kita mengerti.

Sejak lima abad silam Sair itu telah ia lantunkan dan tidak ada jaminan bahwa kita sekarang sudah faham. Padahal kata-kata beliau mengeja kehidupan ini alfabeta alif ba ta kehilangan sejarah kita dari hari kehari , sejarah tentang sebuah Negri yang puncak kerusakannya pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui bahwa kerusakan itu sudah sedemikian tak terperi.

Menggeliatlah dari matimu tutur sang sunan, siuman dari pingsan berpuluh-puluh tahun, bangkit dari tidur nyenyakmu sungguh negri ini adalah penggalan sorga, sorga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan cipratan keindahan itu bernama Indonesia Raya . kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan, tidak mungkin kau temukan mahluk tuhanmu kelaparan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini, bahkan bisa engkau selenggarakan penganten-penganten pembangunan lebih dari yang dicapai negri-negri lain yang manapun. Tetapi kita kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini, kita telah memboroskan anugrah tuhan ini melalui cocok tanam ketidak adilan dan panen-panen kerakusan.

Cah Angon-Cah Angon Penekno Belimbing Kui
Lunyu-Lunyu Penekno Kanggo Mbasuh Dodot Iro

Kanjeng sunan Ampel tidak memilih figure misalnya “pak Jendral-pak Jendral” juga bukan intelektual-intelektual, ulama-ulama, seniman-seniman, sastrawan-sastrawan atau apapun tetapi cah angon-cah angon, belia juga menuturkan penekno belimbing kui bukan “penekno pelem kui”, penekno sawo kui, bukan penekno buah yang lain tapi belimbing, bergigir lima, terserah apa tafsirmu mengenai lima, yang jelas harus ada yang memanjat pohon licin itu, lunyu-lunyu penekno agar belimbing bisa kita capai bersama dan yang harus memanjat adalah bocah angon “anak gembala” tentu saja ia boleh seorang Doctor, seorang Kiyai, seorang Seniman, seorang Jendral atau siapapun namun ia harus memiliki daya angon ‘daya menggembala” kesanggupan untuk mengemong semua fihak, karakter untuk merangkul dan memesrai siapa saja sesama saudara sebangsa, determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian, bersama memancarkan kasih sayang yang diterima dan dibutuhkan oleh semua warna semua golongan, semua kecenderungan “bocah angon adalah pemimpin nasional” bukan tokoh golongan atau pemuka semua gerombolan, selicin apapun pohon-pohon tinggi revormasi ini sang bocah angon harus memanjatnya, harus dipanjat sampai selamat memperoleh buah, bukan ditebang, dirobohkan atau direbutkan agar mendapatkan sari pati, sari pati lima belimbing ini dibutuhkan untuk mencuci pakaian nasionalnya, pakaian adalah akhlaq, pakaian adalah sesuatu yang menjadikan manusia bukan binatang, pakaian adalah pegangan nilai landasan moral dan system nilai. System nilailah yang harus kita cuci dengan pedoman lima.

Informasi lainya