Sabtu, 24 Juli 2010
Tak Ijo Royo-Royo Tak Senggo Temanten Anyar
00.35 |
Diposting oleh
Nurul Huda |
Edit Entri
Kanjeng sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita, tentang kita, tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri, namun tidak kunjung sanggup kita kita mengerti.
Sejak lima abad silam Sair itu telah ia lantunkan dan tidak ada jaminan bahwa kita sekarang sudah faham. Padahal kata-kata beliau mengeja kehidupan ini alfabeta alif ba ta kehilangan sejarah kita dari hari kehari , sejarah tentang sebuah Negri yang puncak kerusakannya pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui bahwa kerusakan itu sudah sedemikian tak terperi.
Menggeliatlah dari matimu tutur sang sunan, siuman dari pingsan berpuluh-puluh tahun, bangkit dari tidur nyenyakmu sungguh negri ini adalah penggalan sorga, sorga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan cipratan keindahan itu bernama Indonesia Raya . kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan, tidak mungkin kau temukan mahluk tuhanmu kelaparan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini, bahkan bisa engkau selenggarakan penganten-penganten pembangunan lebih dari yang dicapai negri-negri lain yang manapun. Tetapi kita kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini, kita telah memboroskan anugrah tuhan ini melalui cocok tanam ketidak adilan dan panen-panen kerakusan.
Cah Angon-Cah Angon Penekno Belimbing Kui
Lunyu-Lunyu Penekno Kanggo Mbasuh Dodot Iro
Sejak lima abad silam Sair itu telah ia lantunkan dan tidak ada jaminan bahwa kita sekarang sudah faham. Padahal kata-kata beliau mengeja kehidupan ini alfabeta alif ba ta kehilangan sejarah kita dari hari kehari , sejarah tentang sebuah Negri yang puncak kerusakannya pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui bahwa kerusakan itu sudah sedemikian tak terperi.
Menggeliatlah dari matimu tutur sang sunan, siuman dari pingsan berpuluh-puluh tahun, bangkit dari tidur nyenyakmu sungguh negri ini adalah penggalan sorga, sorga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya dan cipratan keindahan itu bernama Indonesia Raya . kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan, tidak mungkin kau temukan mahluk tuhanmu kelaparan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini, bahkan bisa engkau selenggarakan penganten-penganten pembangunan lebih dari yang dicapai negri-negri lain yang manapun. Tetapi kita kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini, kita telah memboroskan anugrah tuhan ini melalui cocok tanam ketidak adilan dan panen-panen kerakusan.
Cah Angon-Cah Angon Penekno Belimbing Kui
Lunyu-Lunyu Penekno Kanggo Mbasuh Dodot Iro
Kanjeng sunan Ampel tidak memilih figure misalnya “pak Jendral-pak Jendral” juga bukan intelektual-intelektual, ulama-ulama, seniman-seniman, sastrawan-sastrawan atau apapun tetapi cah angon-cah angon, belia juga menuturkan penekno belimbing kui bukan “penekno pelem kui”, penekno sawo kui, bukan penekno buah yang lain tapi belimbing, bergigir lima, terserah apa tafsirmu mengenai lima, yang jelas harus ada yang memanjat pohon licin itu, lunyu-lunyu penekno agar belimbing bisa kita capai bersama dan yang harus memanjat adalah bocah angon “anak gembala” tentu saja ia boleh seorang Doctor, seorang Kiyai, seorang Seniman, seorang Jendral atau siapapun namun ia harus memiliki daya angon ‘daya menggembala” kesanggupan untuk mengemong semua fihak, karakter untuk merangkul dan memesrai siapa saja sesama saudara sebangsa, determinasi yang menciptakan garis resultan kedamaian, bersama memancarkan kasih sayang yang diterima dan dibutuhkan oleh semua warna semua golongan, semua kecenderungan “bocah angon adalah pemimpin nasional” bukan tokoh golongan atau pemuka semua gerombolan, selicin apapun pohon-pohon tinggi revormasi ini sang bocah angon harus memanjatnya, harus dipanjat sampai selamat memperoleh buah, bukan ditebang, dirobohkan atau direbutkan agar mendapatkan sari pati, sari pati lima belimbing ini dibutuhkan untuk mencuci pakaian nasionalnya, pakaian adalah akhlaq, pakaian adalah sesuatu yang menjadikan manusia bukan binatang, pakaian adalah pegangan nilai landasan moral dan system nilai. System nilailah yang harus kita cuci dengan pedoman lima.
Minggu, 18 Juli 2010
50 Miliar Rupiah : Job, Career, and Calling
17.02 |
Diposting oleh
David |
Edit Entri
Work Orientatation:
Job, Career, and Calling. ( Kerja, Karier, atau Panggilan.)
Apapun yang anda lakukan dalam kegiatan sehari hari, yang biasa kita sebut dengan kerja, ada 3 tipe orientasi yang berbeda yang dapat anda amati.
Job: Kegiatan sehari hari sebagai “kerja”. Kerja, motivasinya adalah uang, baik berupa gajih, bonus, atau keuntungan bisnis. Bekerja dianggap sebagi tugas dan beban, yang diharapkan adalah selesainya tugas itu. Yang ditunggu adalah hari gajihan dan libur akhir pekan. Ini membahayakan diri menjadikan kita sebagai robot yang produktip, tanpa arti kehidupan, tanpa kenikmatan. Tujuan utama penyelesaian tugas. Menderita dalam perjalanan tidak apa2 asalkan diujungnya ada uang. Uang motivasi utama.
Career: Ada yang melihat kegiatan sehari hari sebagai “karier”. Hidup sebagai sebuah lomba untuk secepatnya naik pangkat. Mendapatkan jabatan yang lebih baik, entah diperusahaan ini atau perusahaan lain yang bersedia membajak anda. Yang diinginkan adalah harga diri, hormat dari kolega dan anak buah. Yang ditunggu naik pangkat, naik jabatan, naik tunjangan. Kapan menjadi manager, direktur atau komisaris. Mencari ujung kebahagiaan dalam karier, kerja keras untuk itu, dan setelah tiba disana, akan ada upaya pencapaian baru, sebuah gunung baru untuk ditaklukkan.
Calling: Kegiatan sebagai “panggilan”. Disini kegiatan dianggap sebagai kenikmatan. Bekerja sebagai bagian dari passion, gairah kehidupan, dan sebagai sebuah kesempatan untuk berkarya, merealisasikan jati diri. Tanpa dibayarpun anda mau mengerjakannya dengan sebaik baiknya. Harapannya adalah dapat mengerjakan sebaik baiknya untuk kebaikan umat manusia. Apa yang diharapkan bila pekerjaan itu telah selesai? Ya pekerjaan baru lagi sebagai tantangan dan kenikmatan baru.
Tentu tidak semua kegiatan sehari hari dapat dikelompokkan secara eksklusif sebagai salah satu dari 3 hal diatas, karena bisa saja merupakan gabungan dari 2 atau ke 3 konsep diatas. Tapi tipe apa yang paling dominan dalam anda melihat kegiatan kerja anda?
Kata Khalil Gibran, bekerja dengan cinta itu seperti menyulam kain dari benang2 yang keluar dari jantungmu, untuk membuat pakaian kekasihmu. (It is to weave the cloth with threads drawn from your heart, even as if your beloved were to wear that cloth.) Adakah kenikmatan dan cinta pada pekerjaan kita?
Dengan menginjak bumi dan menggapai langit kita tetap pada prinsip bisnis adalah sebuah alat mencapai keuntungan (menginjak bumi), kitapun harus memiliki idealisme untuk menikmati pekerjaan kita dan menjalankan sesuai dengan nurani dan jiwa kita (menggapai langin).
Ada sebuah test sederhana yang dapat anda coba pikirkan: Bayangkan, bilamana anda mendapat hadiah undian uang sebesar Rp. 50 milliar, apakah anda masih akan mau tetap mengerjakan pekerjaan seperti yang sekarang anda kerjakan? (Walau mungkin dengan kenyamanan yang berbeda) Bila jawabnya anda tetap mau, maka berbahagialah anda, karena pekerjaan anda sekarang, sebagian atau seluruhnya, adalah panggilan hidup anda.
Nah, Bagaimana status pekerjaan anda sekarang? Salam sukses selalu.
www.facebook.com/tanadisantoso3
Job, Career, and Calling. ( Kerja, Karier, atau Panggilan.)
Apapun yang anda lakukan dalam kegiatan sehari hari, yang biasa kita sebut dengan kerja, ada 3 tipe orientasi yang berbeda yang dapat anda amati.
Job: Kegiatan sehari hari sebagai “kerja”. Kerja, motivasinya adalah uang, baik berupa gajih, bonus, atau keuntungan bisnis. Bekerja dianggap sebagi tugas dan beban, yang diharapkan adalah selesainya tugas itu. Yang ditunggu adalah hari gajihan dan libur akhir pekan. Ini membahayakan diri menjadikan kita sebagai robot yang produktip, tanpa arti kehidupan, tanpa kenikmatan. Tujuan utama penyelesaian tugas. Menderita dalam perjalanan tidak apa2 asalkan diujungnya ada uang. Uang motivasi utama.
Career: Ada yang melihat kegiatan sehari hari sebagai “karier”. Hidup sebagai sebuah lomba untuk secepatnya naik pangkat. Mendapatkan jabatan yang lebih baik, entah diperusahaan ini atau perusahaan lain yang bersedia membajak anda. Yang diinginkan adalah harga diri, hormat dari kolega dan anak buah. Yang ditunggu naik pangkat, naik jabatan, naik tunjangan. Kapan menjadi manager, direktur atau komisaris. Mencari ujung kebahagiaan dalam karier, kerja keras untuk itu, dan setelah tiba disana, akan ada upaya pencapaian baru, sebuah gunung baru untuk ditaklukkan.
Calling: Kegiatan sebagai “panggilan”. Disini kegiatan dianggap sebagai kenikmatan. Bekerja sebagai bagian dari passion, gairah kehidupan, dan sebagai sebuah kesempatan untuk berkarya, merealisasikan jati diri. Tanpa dibayarpun anda mau mengerjakannya dengan sebaik baiknya. Harapannya adalah dapat mengerjakan sebaik baiknya untuk kebaikan umat manusia. Apa yang diharapkan bila pekerjaan itu telah selesai? Ya pekerjaan baru lagi sebagai tantangan dan kenikmatan baru.
Tentu tidak semua kegiatan sehari hari dapat dikelompokkan secara eksklusif sebagai salah satu dari 3 hal diatas, karena bisa saja merupakan gabungan dari 2 atau ke 3 konsep diatas. Tapi tipe apa yang paling dominan dalam anda melihat kegiatan kerja anda?
Kata Khalil Gibran, bekerja dengan cinta itu seperti menyulam kain dari benang2 yang keluar dari jantungmu, untuk membuat pakaian kekasihmu. (It is to weave the cloth with threads drawn from your heart, even as if your beloved were to wear that cloth.) Adakah kenikmatan dan cinta pada pekerjaan kita?
Dengan menginjak bumi dan menggapai langit kita tetap pada prinsip bisnis adalah sebuah alat mencapai keuntungan (menginjak bumi), kitapun harus memiliki idealisme untuk menikmati pekerjaan kita dan menjalankan sesuai dengan nurani dan jiwa kita (menggapai langin).
Ada sebuah test sederhana yang dapat anda coba pikirkan: Bayangkan, bilamana anda mendapat hadiah undian uang sebesar Rp. 50 milliar, apakah anda masih akan mau tetap mengerjakan pekerjaan seperti yang sekarang anda kerjakan? (Walau mungkin dengan kenyamanan yang berbeda) Bila jawabnya anda tetap mau, maka berbahagialah anda, karena pekerjaan anda sekarang, sebagian atau seluruhnya, adalah panggilan hidup anda.
Nah, Bagaimana status pekerjaan anda sekarang? Salam sukses selalu.
www.facebook.com/tanadisantoso3
Label:
Catatan
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Archive
-
►
2011
(6)
- ► 08/07 - 08/14 (2)
- ► 07/03 - 07/10 (1)
- ► 06/05 - 06/12 (1)
- ► 05/22 - 05/29 (1)
- ► 05/01 - 05/08 (1)